Magang di Humas Pemerintah: Antara Ngopi, Ngetik, dan Nyari Mood Bos

 "Om, bisa magang di kantor Om?" tanya ponakan sebelah rumah.

"Boleh, tinggal buat administrasinya, antar, tunggu kabar," Jawabku sekenanya.

Apakah semudah itu? eits, tunggu dulu. Kamu mahasiswa jurusan komunikasi? atau pelajar SMK bidang kehumasan seperti ponakan gue? Sini, gue kasih tahu beberapa hal umum yang harus loe persiapkan sebagai calon pemagang?



Selamat Datang di Dunia Nyata!

Jadi, ceritanya loe diterima magang nih di Humas Pemerintah? Selamat, selamat, selamat! Ini adalah langkah awal atau tangga pertama deh, menuju dunia nyata di mana "komunikasi itu penting," tapi loe harus tahu, sering kali "nggak ada yang mau mendengar." Karena kamu harus memikirkan sendiri, ngomong sendiri, asal kagak gila sendiri aja.


Sebelum loe mikirin ini adalah ajang pemanasan sebelum jadi pejabat kehumasan yang keren pake baget, mari kita bahas realitanya. Tarik nafas dahulu, buatin kopi deh. Biar enak kita ceritanya. Sekarang, bersiaplah untuk perjalanan yang penuh kejutan, drama, dan tentu saja, revisi tanpa akhir.

Pertama-tama, jangan harap loe langsung mendapat tugas besar seperti menyusun strategi komunikasi nasional atau mengelola akun media sosial resmi pemerintah. Buju busyet dah. Udah kemana-mana nih. Kagak sampai begitu amat deh.

Biasanya nih ya, loe akan mulai dengan tugas-tugas administratif, seperti mengarsipkan dokumen, membuat catatan rapat atau notulensi, dan memastikan banner acara sudah dikirim ke tempat yang benar. Mungkin terdengar membosankan, tapi percayalah, dari tugas-tugas sederhana inilah loe akan mulai memahami bagaimana dunia kehumasan pemerintahan bekerja. Kagak percaya? coba aja.


Ekspektasi vs. Realita

Ekspektasi: Saat membaca ini, loe mungkin membayangkan akan belajar strategi komunikasi tingkat tinggi, bikin press release yang mengubah sejarah, dan duduk semeja dengan pejabat penting sambil diskusi serius tentang arah komunikasi pemerintah ke depan.

Realita: Loe bakal disuruh bikin kopi (eits, di tempat gue kagak ada beginian yah, kagak ada tuh anak magang disuruh jadi pelayan cafe), nyetak dokumen 100 lembar (kantor gue ada mesin copiannya jadi tinggal tarok selembar, loe nunggu dan kelar).


Dan, dan, dan mengedit caption Instagram dengan 15 revisi karena "belum cukup catchy." Plus, ada kemungkinan besar kamu akan lebih sering mengurusi stiker WhatsApp instansi dibanding membuat kebijakan komunikasi. Kadang-kadang, kalau engga ada talent, loe deh jadi pemeran utama dalam konten-konten berbentuk video. Jadi nih, harus siap-siap tampil di medsosnya humas pemerintah yah.

Sering kali, harapan magang ini berbenturan dengan kenyataan. Loe membayangkan akan langsung menangani media briefing atau mengelola krisis komunikasi. Tapi kenyataannya, magang lebih banyak tentang belajar dari bawah—dan itu bukan hal buruk. Justru dari sini, loe bisa memahami pola kerja di lingkungan pemerintahan dan bagaimana cara beradaptasi dengan berbagai karakter bos.




Skill yang (Ternyata) Paling Dibutuhkan

  • Kemampuan membaca pikiran bos. Karena ketika dia bilang, "Tolong revisi dikit," itu bisa berarti "Ubah semuanya dari nol." Kemampuan ini harus loe sadari sedari awal. Lagian, jaman sekarang, mau mahasiswa atau pelajar bidang kehumasan dan komunikasi kagak lihai soal canva, capcut atau sejenisnya, aduh, belajar dulu deh sebelum magang.

  • Teknik menghindari kerjaan nggak jelas. Seni pura-pura sibuk adalah keterampilan penting agar kamu nggak tiba-tiba ditugasi menulis laporan 50 halaman dalam semalam. Gue engga tahu di kantor pemerintah lain. Kalau di Humas tempat gue kerja nih, yang buat laporan tu kami. Tapi kalau lihat anak magang nyantai tu koq kayak engga manfaatin kesempatan belajar ya. Jadi "sibukkan lah dirimu ssebelum kamu dibuat sibuk".

  • Bertahan dalam rapat panjang yang sebetulnya bisa diringkas dalam satu email. Harus bisa tetap terlihat antusias meskipun isi rapatnya cuma diskusi apakah warna biru atau hijau lebih cocok untuk banner acara. Belum lagi kalau ada staf yang mengulang pembicaraan bos. Udah bos ngomong itu, dia ngulang lagi, terus loe harus sabar mengetik notulensi dan pointer rapatnya. Sabar aja yah.

  • Menjadi ninja di balik layar saat ada krisis komunikasi. Ingat, humas selalu dicari kalau ada masalah, tapi jarang dipuji kalau semua berjalan lancar. Ini paling penting. Jangan harap deh ya dek ya. Jangan bermimpi dapat pujian. Loe udah kerja dari pagi sampai malam pun, belum tentu humas diperhatiin. Sekali ada masalah, loe wajib standby. Kalau ada yang demo, badan loe tu harus siap menghadapi para pendemo.

  • Adaptasi cepat dengan kebijakan yang berubah-ubah. Hari ini, bos mau strategi A, besok tiba-tiba berubah jadi strategi B karena "arahan dari pusat." Nah, udah tahu kan. Manusia itu makhluk berpikir. Ketika sudah berpikir, siapkanlah beberapa pilihan untuk 'tindak lanjut' dari arahan bos. Kalau cuma menyiapkan satu pilihan, terima saja revisi berkepanjangan.

  • Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak. Dari pejabat tinggi atau pimpinan hingga staf administrasi, semua orang punya kepentingan yang berbeda-beda (paling penting punya mood yang beda deh) dalam komunikasi pemerintah. Loe harus bisa menyesuaikan cara berbicara dengan mereka.



Drama di Balik Layar Humas

Sekarang loe kira bekerja di Humas Pemerintah bakal seperti di film-film? Kagak begitu juga. Impian loe ketinggian kayaknya deh. Ini lebih mirip drama (bisa jadi drama kolossal korea) tanpa skrip, di mana kejutan datang setiap hari. Beberapa momen klasik yang pasti akan kamu alami:

  • Ketika postingan Instagram salah ketik dan jadi viral... dalam arti buruk.

  • Ketika konferensi pers berjalan lancar, tapi yang viral malah ekspresi bos yang ngantuk.

  • Saat bos bilang, "Tolong buat press release singkat!" tapi tetap revisi 10 kali.

  • Ketika harus menghadapi media dan jawabannya harus terdengar profesional, tapi tidak boleh terlalu kaku, tidak boleh terlalu santai, tidak boleh terlalu politis, tidak boleh terlalu netral… (bingung sendiri, kan?).

  • Ketika tiba-tiba harus menyiapkan konferensi pers dalam 30 menit karena ada isu sensitif yang muncul di media.

  • Saat harus mencari cara untuk menjelaskan kebijakan pemerintah dengan bahasa yang dimengerti masyarakat tanpa menimbulkan kontroversi.

Selain itu, sebagai magang, loe juga akan belajar tentang hubungan antardepartemen dalam pemerintahan. Jangan kaget kalau banyak hal harus "dikoordinasikan dulu," yang artinya bisa makan waktu hanya untuk satu keputusan kecil. Disini loe harus sabar yah. Namanya juga pemerintah, kan semuanya harus disesuaikan.


Kesimpulan: Magang di Humas Itu Seni, Bukan Ilmu Pasti

Jika loe bertahan dari pengalaman ini, selamat! Loe punya mental baja dan layak jadi calon staf humas handal. Jika tidak, ya anggap aja ini pengalaman hidup yang bisa loe ceritakan nanti ke anak-cucu. Yang jelas, setelah magang ini, loe bakal paham satu hal penting: humas pemerintah itu seru... kalau loe bisa menikmatinya!

Coba cek deh, kalau anak SMK Komunikasi magang di Mall? Apaan tuh, bukannya belajar di bagian PR. Loe malah disuruh jadi karyawan toko. Berdiri dan menawarkan barang. Alasannya melatih ilmu komunikasi. Kagak begitu juga, kalau magang di Mall atau lembaga swasta, loe seharusnya ditarok di bidang PRnya lembaga itu.

Dari pada begitu, mending loe magang di lembaga pemerintah. Humasnya punya bidang khusus dan yang loe jalani sesuai yang loe pelajari selama di sekolah.

Meskipun banyak tantangan, magang di Humas Pemerintah bisa jadi pengalaman yang sangat berharga. Loe akan belajar bagaimana komunikasi dijalankan di tingkat pemerintahan, bagaimana menghadapi situasi sulit, dan bagaimana beradaptasi dengan dinamika organisasi yang terus berubah. Jadi, siap menghadapi magang dengan penuh semangat (dan mungkin sedikit ngedumel di dalam hati)? Selamat bekerja, calon Humas hebat!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Aku Katakan, Humas kan?

Kata Aku Apa, Jurnalis Itu Pahlawan Demokrasi